Senin, 22 April 2019

Prioritas Dalam Dunia Virtual


Dunia berubah seiring dengan kecanggihan teknologi. Semakin maraknya ragam media sosial membuat kita mudah mendapatkan informasi ataupun menyebarkan informasi. Semua kemudahan itu dapat berdampak positif, namun bisa juga sebaliknya.

Sebagai karyawan yang setiap harinya berkecimpung menyebarkan konten promosi melalui sosial media, saya pun mau tidak mau ikut mengamati pergerakan media sosial. Fakta bisa dibalik dengan mudah, hal yang remeh terkadang menjadi sesuatu yang ramai diperbincangkan, kebalikannya hal yang penting terkadang lolos begitu saja dari perhatian kita.

Siapa yang tidak kenal Instagram? Media sosial ini menawarkan segala kemudahan yang kita inginkan. Hobi, artis, hingga merek favorit kita ada di dalamnya. Kita bisa mengikuti, mendapat informasi ataupun promo setiap harinya dari akun-akun tersebut.

Namun sadarkah terkadang kita tenggelam dalam dunia tersebut hingga mayoritas waktu kita dikorbankan begitu saja dalam dunia virtual ini? Ya, kita cenderung penasaran dan ingin tahu terhadap trending topic dalam media sosial. Mengikutinya, mengintainya, mengomentari, membicarakan hingga memperdebatkan dalam kurun waktu yang lama. Terkadang kita lupa waktu.

Sebagai makhluk sosial, kita juga mempunyai kepentingan masing-masing yang harus diprioritaskan. Jangan sampai dunia virtual menjadi prioritas utama sedangkan dunia nyata kita kesampingkan begitu saja. Jika hal itu terjadi, sangat disayangkan, waktu kita terbuang begitu saja.

Bagaimana membagi waktu kita agar tidak hanyut dalam dunia virtual? Satu-satunya cara ialah dengan sadar diri. Kita tanamkan dalam benak kita sendiri bahwa kita akan berada di dunia virtual ‘sejenak saja’. “Ah, nanti nggak update dong, ketinggalan informasi?” Nggak juga, sebagian waktumu sudah bisa dibuat update informasi yang muncul dalam hari itu. Tidak perlu dicerna semua, ambil yang penting saja.

Prioritaskan kehidupanmu, bukan kehidupan orang lain. Ingat apa yang akan kamu capai dan apa yang akan kamu lakukan dalam sekian waktu ke depan. Semisal kamu seorang pengangguran (maaf, pernah mengalami soalnya), masa iya seharian kamu melibatkan dirimu di dalam media sosial dan tidak ada prospek kedepannya gimana, mau melamar pekerjaan dimana, mau mengambil profesi apa, dan sebagainya. Masa kamu stalking artis atau seseorang sampai lupa waktu? Atau sibuk melihat beranda dan instastory yang nggak ada habis-habisnya? Atau sibuk menyebarkan berita yang terkadang belum kita tahu kebenarannya?

Saran saya, STOP melakukan kebiasaan-kebiasaan tidak penting di atas. Itulah sebabnya Facebook & WhatsApp akhir-akhir ini menyebarkan tutorial ‘meragukan berita hoax, bukan menyebarkannya’ dan ‘cara keluar dari grup WhatsApp yang sering spam berita hoax’. Saya sempat geleng-geleng melihat fenomena ini. Generasi milenial, yang sering disebut kebanyakan micin, menurut saya juga merupakan generasi bensin (mudah terpicu, mudah panas, mudah membludak). Bukannya bermaksud atau berpikiran buruk, tetapi itulah fenomenanya.

Akhir-akhir ini saya juga sering membaca berita-berita mengenai artis Indonesia yang isi beritanya mengambil sumber komentar Instagram, komentar Facebook, dll. Lalu, di mana keakuratannya? Mungkin penulis berita itu ingin mengambil keuntungan atau sensasi dengan cara yang instan, mengingat maraknya situs berita online yang menerima penulis lepas yang dibayar persekian kliknya.

Daritadi ngomongin negatif melulu, kini saatnya yang positif. Ada kok dampak positif dari media sosial ini. Untuk wirausaha tingkat kecil hingga besar sangat berpeluang besar mempromosikan produk/jasanya lewat media sosial. Selain itu, kita bisa menggali informasi terbaru mengenai fakta, ulasan edukatif, dan lain sebagainya. Tapi ingat, ambil positifnya, pastikan kebenarannya, lalu Stop, tidak perlu dibahas dan disebarluaskan terlalu banyak jika masih ragu kebenaran isi berita atau konten terebut.

Be a smart generation !

Salam hangat,

Novita

Jumat, 18 Agustus 2017

Bertaruh Pada Jeda

karya Novita Maharatih

Bertaruh pada jeda
Antara kau ada dan telah menghilang
Kutunggu kau pada jeda
Ketidakpastian realita
Ketidakpastianmu
Hanya semakin memburam
Katakan saja jika kau tak mau aku berteka-teki
Menerka detail lakumu
Membaca isyaratmu
Menunggu...
Dalam diammu
Tak bisa ku artikan apa-apa
Dalam jeda ini
Mungkin kau tak ada di dalamnya

Surabaya, 9 Juli 2017

Sabtu, 04 Februari 2017

First Novel Online

Hi friends, ✋
Read my first online novel on 
Give your stars on google play and comment it 😄
Thank you 😊😊😊

#novelonline #snackbook #novela #bentangpustaka

Senin, 20 Juni 2016

Mimpi: Pejam yang Memisahkan Dunia Sadar dan Bawah Sadar

Seringkali kita bermimpi di setiap malamnya. Kita tak pernah tahu dunia seperti apa mimpi itu. Terkadang berhubungan dengan kenyataan yang sedang kita hadapi, terkadang tidak. Tak jarang banyak orang mencari penafsir mimpi baik berbentuk orang, buku, ataupun aplikasi.

Mimpi berada di dunia lain yang antah berantah. Apakah kau bermimpi di rumahmu, di sekolahmu, di kantormu, di rumah pacarmu, di luar angkasa. Dimanapun lokasi yang menjadi setting tempat dalam mimpimu, kau tak akan tau ini bagian dunia yang mana, dimensi yang mana.  Bahkan sering kau merasa bahwa itu nyata. Sulit untuk membedakannya. Kecuali dalam film Divergent tentunya jika kau seistimewa Tris, kau mampu membedakan mimpi dan nyata (hihihi).

Kadang mimpi bisa menjadi petunjuk tentang apa yang kau alami di dunia nyata. Namun ternyata mimpi juga bisa menggelisahkanmu. Namun terkadang memang dalam mimpi ada sebuah pesan yang disisipkan untuk menghadapi dunia nyata. Mimpi terkadang sesuai apa yang kita harapkan, misalnya bertemu idola atau orang yang disukai. Tapi terkadang juga sangat tidak sesuai hatapan, bahkan menakutkan, misalnya kita dikejar teror, hantu dan sebagainya.

Pengalaman-pengalaman di dunia mimpi ialah pengalaman yang belum pernah didapatkan di dunia nyata. Terkadang manfaatkan mimpimu sebagai suatu inspirasi, seperti pada novel Cala Ibi (karya Nukila Amal) di mana Maya, sang tokoh utama tak dapat membedakan mana dunia nyata dan dunia mimpinya.

Menurut saya, dunia nyata dan mimpi amatlah berbeda dan terlihat dari jangka waktu yang berada dalam ingatan kita. Coba fikirkan momen-momen terbaik apa yang kau alami dalam setahun terakhir? Kemudian pertanyaan saya beralih pada mimpi-mimpi terbaik apa yang kau alami dalam setahun terakhir? Mana yang lebih mudah kau ingat? Tentu saja yang terjadi di dunia nyata. Mimpi teramat maya, sehingga jangka waktunya pendek di ingatan kita. Sependek waktu berlangsungnya yang kira-kira 8 jam dari 24 jam yang kita punya. Begitu kita bangun pada saat pagi menjelang, kita lupa-lupa ingat tentang mimpi seperti apa yang kita alami tadi. Ada beberapa yang kuat menempel di ingatan kita, ada yang samar bahkan hilang. Dan masuk akal-tidaknya mimpi kita menunjukkan  daya imajinasi yang kita miliki.

Terkadang pada saat kita tidur kita tidak bermimpi sama sekali. Nah loh. Ada apa gerangan. Tetapi seperti yang Ibu saya bilang sejak saya kecil, hal tersebut karena kita tidur teramat nyenyak. Entah karena kelelahan atau apa. Tapi hal ini juga tidaklah pasti.

Mimpi juga tidak bisa kita requestkan apakah kita akan bermimpi suasana A, suasana B, bertemu tokoh A, bertemu tokoh B. Mimpi datang tak terduga dan dengan momen diluar dugaan. Karena itu apapun yang terjadi dalam mimpimu, hadapi. Banyak mitos-mitos mengerikan mengenai mimpi. Tentang seseorang yang terjebak dalam tidurnya atau apalah. Saya juga belum memahaminya. Entah mimpi berada di lapisan dunia yang mana.

Itulah sedikit ulasan saya mengenai mimpi. Kebiasaan tak berguna saya setelah bermimpi ialah mencatatnya pada buku kecil pada saat saya bangun dan tentu saja masih ingat. Semoga ulasan saya ini tidak semakin membingungkan Anda. Jadi, besok pagi mimpi apa yang telah Anda alami?

Oleh Novita Maharatih
21 Juni 2016
01:07

Senin, 12 Oktober 2015

Corat-Coret Tentang Lalu Lintas

STOP KLAKSON SEMBARANGAN!

            Kota-kota besar yang dipadati penduduk membuat lalu lintas juga menjadi padat. Kemacetan terjadi di sana-sini membuat jalan yang lebar terasa sempit dan sulit dilalui. Kendaraan makin lama makin panas, polusi makin menjadi-jadi sementara produksi dan promosi kendaraan bermotor gencar-gencarnya dilakuka.
            Saya tinggal di Surabaya. Saya menyadari bahwa kota ini sangat rawan macet. Saya menggunakan motor untuk berangkat-pulang kuliah. Kemacetan menjadi hal yang biasa terjadi sehari-hari apalagi saat sore hingga malam tiba merupakan jam utama berlangsungnya kemacetan jalan raya, karena pada waktu tersebut merupakan waktu umum pulang kerja.
            Namun satu hal yang paling saya benci saat terjadi kemacetan ialah ada orang yang mengklakson sembarangan. Bagaimana tidak, di depan saya masih padat kendaraan dan belum maju namun orang yang di belakang mengklakson berkali-kali. Apalagi jika lampu lalu lintas baru saja berwarna hijau, orang-orang akan tidak sabar untuk melaju dengan menyalakan klakson berkali-kali. Kerap kali saya membalas klakson mereka, tak jarang saya menemukan orang yang menimpali suara klakson hingga balas-membalas -_- . Saya jengah mendengarnya! Seolah itu bercanda, seolah itu ialah suatu bahasa untuk berkomunikasi di jalan raya. Pernah juga saya menemukan seorang pengendara yang menyalakan klakson seperti bermain tuts piano. Seolah ia ingin klaksonnya berirama dengan memencetnya berkali-kali. Pliss -_- .
            Saya tidak suka kebisingan di jalan raya. Menurut saya, adanya klakson yang menempel di masing-masing kendaraan bertujuan untuk memperingatkan kendaraan lain pada saat ‘kepepet’ misalnya menyeberang saat padat kendaraan atau kendaraan terdekat melaju sangat kencang. Pokoknya klakson itu dinyalain pas ada kendaraan yang akan atau hampir merugikan bahkan membahayakan kita. Harusnya.
            Saya sering kaget saat diklakson orang. Apalagi klaksonnya mobil itu lebih bikin syok. Makanya pas di lampu merah saya sering mejamin mata. Toh nanti ada alarmnya yang bakal ngingetin kalo lampunya udah ijo! Eits, jangan ditiru yaa kebiasaan gila ini. Yup, alarmnya berupa klakson orang yang udah gak sabar melaju. Saking mangkelnya sama para klakson maniak, kadang saya berpikiran untuk melempar salah satu sepatu saya ke orangnya. Hahaha. Cuma pikiran lhoo…
            Pokoknya di jalan raya itu woles aja. Berhati-hati tetep nomor satu. Yang nomor dua: sabar. Sabar mengemudi, anda selamat sentosa sampai tujuan. Sabar bukan berarti mengalah dan pelan-pelan tapi bersikap tenang dan waspada. Saya memaklumi orang yang ngebut dan mengklakson bila memang dalam keadaan kepepet (misal orang terdekatnya baru aja masuk rumah sakit). Sehingga saya menganggap para klakson maniak itu ‘saudaranya lagi sakit’. Tapi kalau itu sekedar iseng, saya benci banget! Nomor tiga adalah ketelitian. Jangan sampe ngantuk-ngantuk saat berkendara sob! Kenali kapan kamu kudu banter, kudu pelan, kudu ngerem.
Yang pasti jangan ngerem dadakan. Dan kenali kendaraan sekitar. Jangan lupa nyalain rating! Jangan bikin orang lain bingung karena kamu gak nyalain rating! Saya sering menemui pengendara yang sepertinya belum bisa bedain mana yang kiri, mana yang kanan. Kadang orang itu belok kanan tapi kok motornya rating kiri??? Kadang belok kiri kok motornya rating kanan??? Haduu… Yang keempat jangan lupa bawa SIM+STNK+KTP. Walaupun kamu cuma isi bensin di gang sebelah, ketiga benda itu harus dibawa (kan beratnya gak sampe sekilo :D ). Karena siapa tahu ada razia. Yang kelima sekaligus yang terpenting jangan lupa pake helm, jaket, sarung tangan (kalo siang), masker, dan sepatu biar safety sob. Yang keenam jangan ngeremehin pengendara cewek ya. Jangan mentang-mentang depan kamu cewek terus kamu klakson atau marahin sembarangan. Dan utamakan pengendara yang bawa anak kecil, barang banyak, gonceng manula untuk duluan melaju. Dan kalo ada ambulans minggir ya sob. Kasian darurat tuh.
Okee itu aja kritik dan saran saya tentang kemacetan demi efisiensi berkendara. Semoga pembaca ini tergerak untuk mengendara dengan sikap dan tujuan positif. Dan semoga anda sekalian berhati-hati dan merasa nyaman di jalan raya. Semoga selamat sampai tujuan… J

Oleh Novita Maharatih

Surabaya, 8 September 2015 | 00:42

Kamis, 13 Agustus 2015

puisi semester kemaren



Ceritanya semester kemarin ada mata kuliah penulisan puisi trus tugasnya disuruh ngedit pake background. Ya gini jadinya hehehe...

Tentang Saya

Selamat datang di blogger saya. Ini pertama kalinya saya membuatnya. Karena selama ini kebanyakan aktif di media sosial, baru akhir-akhir ini saya kepikiran untuk membuat blog sendiri. Saya seorang penulis amatir yang jatuh cinta pada dunia kepenulisan sejak SD. Zamannya binder dimana kita tuker-tukeran biodata. Selain mengisinya dengan biodata saya menulis beberapa puisi yang kalau dibaca di zaman sekarang akan membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Kemudian sewaktu SMP saya menulis di kertas-kertas yang nganggur. Folio menjadi target saya karena garis dan kuotanya yang banyak dan lebar. Menulis terbatas di sana dan beberapa status saya di facebook. Oh iya, saya baru mengenal sosial media zaman SMP waktu friendster baru saja tergeser oleh adanya fb. Kemudian lulus SMP saya memilih SMK dan disini saya salurkan hobi menulis saya dengan adanya majalah sekolah. Saya menulis dua puisi dan satu cerpen di sana. Yang saya menjadi salah satu anggota jurnalisnya. Kemudian memasuki perkuliahan, saya benar-benar harus menekuni bidang ini karena jurusan yang saya pilih ialah Sastra Indonesia. Haha. Selain sibuk berkuliah saya mengikuti beberapa lomba (jika kebetulan ada waktu luang). Dan puisi saya nyempil diantara penulis lain yang mengikuti lomba dari penerbit indie. Saya berencana menerbitkan buku (sebenarnya) tetapi dengan persyaratan penerbit di sana-sini yang mengharuskan jumlah halaman tertentu dan saya belum mencapainya, jadi saya menunggu hingga banyak inspirasi datang memenuhinya. Kurang lebih itulah tentang saya.
Enjoy and keep writing :)